PUISI-PUISI M.Z. BILLAL
Rakyat Sumbar, 20 Januari 2019
Laron
mencintaimu
seperti kelana laron-laron
rindu kepada cahaya yang tumpah
meski lampu jalan mendusta
dan menjadikan sayapnya patah
pada malam yang basah
tak gentar maut datang dari panjangnya lidah
kodok dan cicak yang gairah
dalam jamuan pesta
Lirik, Desember 2018
Harta
Karun
: kepada zain aksara
shirazy
harta karunku hanyalah kata-kata
yang purba dalam cerita dan sajak
tiada bertuan pada siapapun
selain hanya padaku
serta buku-buku di rak kayu yang bertambah
abu-abu dalam debu
bukan pula berupa tumpukan uang
dalam brankas atau berlian di peti
lapis beludru
hanya itu
satu waktu nanti
kau akan tahu
perihal harta karun yang abadi itu
Lirik, Desember 2018
Sepenggal
Puisi yang Kutulis di Rabu Malam Bulan Desember
ketika puisi ini terlahir
aku sedang mengingatmu
sambil menyusu pada cangkir porselen
berisi kopi putih bergranule guguran gemintang
dan ketubannya yang pecah menyisakan noda
sebagai kenang-kenangan di sampul sebuah buku
yang baru saja kupinjam dari salah seorang temanku:
“di rabu malam yang pekat ini,
aku hendak membakar tubuhku,
jadi penerang langkah kakimu, lalu menyusup
menggantikan hangatnya mantel bulumu
tanpa pernah jadi abu,
yang kerap ditabur ke hilir
sungai pilu dan terjun
dari dagumu.”
Lirik, Desember 2018
Baniu
jadilah seperti baniu yang kukuh
dari pohon peneduh
berkelana hingga ke tanah yang jauh
bertemu bibir sungai di hulu
tak gentar parang mencacah rindu
Lirik, Desember 2018
Mengadu
Kepada Puisi
ke dalam puisi aku mengadu
segala yang remuk dan tersusun kembali
segala yang tumpah dan yang hangat bercahaya
sebab tuhan selalu berada di sana
duduk di atas tiap-tiap kata yang menjelma singgasana
dan berfirman kepada air mata
tak ada yang perlu kutakutkan kepada dunia
yang datang pagi sekali dan pulang sampai larut
atau yang terbakar dalam kemarahan ataupun
yang hanyut oleh banjir tangisan ataupun
yang luluh lantak oleh badai angkara
tak ada yang patut kucemaskan
semua akan baik-baik saja
seperti yang dikisahkan dalam kitab
gembala doa-doa
ke dalam puisi aku mengadu
mengisahkan tentang ketenangan sungai
yang mengalir dari mata dan bermuara
ke dalam dada
yang hangat ketika bibir surya
mengecup dan mendaraskan kalam semesta
Lirik, Desember 2018
Padang
Ilalang di Tengah Kota
yang kini sedang mekar di jantung kota
adalah ilalang yang tumbuh di taman wisata.
tiada diinginkan kehadirannya, namun ketenangan
menjelma belaian sepasang tangan
ketika tiupan angin hari cerah menerbangkan
bunga-bunga doanya.
kadang yang tidak kaupedulikan lebih menjadi
teman segala duka
daripada yang senantiasa kaujaga dalam rahasia
namun pada akhirnya meninggalkan racun
yang menyelinap ke dalam akar jantungmu
lalu sebilah keheningan menghunus
dan tatapanmu menjadi sangat hampa
seakan kau masih tidak percaya
bahwa semuanya benar sia-sia.
di sini, di padang ilalang
taman wisata
semua gelisahmu akan terbang tinggi
bersama bunga-bunganya yang ringan
dan angin yang berembus dari selatan
melayang hingga jauh ke seberang
lalu tersemai dengan mandiri
tumbuh menjadi penenang bagi tiap helai hati
yang nyaris gugur di sana
Taman Wisata, Desember 2018
BIODATA
M.Z.
Billal, lahir di Lirik, 14 Agustus 1990.
Penikmat sastra dan gemar menulis puisi, cerpen, dan cerita anak. Karyanya
tergabung dalam banyak antologi. Diantaranya Matahari Sastra Riau (2017), Menderas
Sampai Siak (2017), Jejak Cinta di
Bumi Raflesia (2018), Kunanti di
Kampar Kiri (2018), Antologi 999:
Sehimpun Puisi Penyair Riau
(2018), Cerita Anak: Tentang Anya, Anak
yang Suka Bertanya (2018). Pernah menulis buku puisi tunggalnya, Catatan Hijrah (2015), dan novel pertamanya berjudul FIASKO (2018). Karyanya telah dimuat di detakpekanbaru.com , Pikiran Rakyat, Rakyat Sumbar, Radar Mojokerto,
Haluan Padang, Padang Ekspres, Riau Pos, apajake.id, Fajar Makassar,
Banjarmasin Post, Magelang Ekspres, Lampung Post. Bergabung dengan
Community Pena Terbang ( COMPETER ) dan Komunitas Pembatas Buku Jakarta.