CERPEN

Tuesday, October 24, 2017

CERITA ANAK_KISAH DUA PENGEMBARA DAN RAKSASA LEMBAH BATU_M.Z. BILLAL





Kisah Dua Pengembara dan Raksasa Lembah Batu
M.Z Billal
       
        Hidupalah dua orang pengembara bersahabat yang sedang melakukan perjalanan menuju Kota Hijau yang terkenal dengan alamnya yang asri dan penduduknya yang selalu bahagia. Pengembara yang bertubuh pendek bernama Asakus, dan yang bertubuh tinggi bernama Kalakus.
        Untuk sampai ke Kota Hijau mereka harus menyeberangi sungai, menembus hutan rimba, dan melewati tempat yang sangat berbahaya. Tempat itu bernama Lembah Batu.
        Disebut tempat yang berbahaya karena di sana hidup tiga raksasa jahat yang gemar membunuh dan memakan pengembara yang lewat. Sejak raksasa itu tinggal di sana belum ada pengembara yang berhasil lewat dengan selamat.
        Sampai pada akhirnya kedua pengembara bersahabat itu berada di Lembah Batu menjelang tengah hari dan bertemu dengan tiga raksasa besar tersebut.
        “Wahai raksasa, kami hanya ingin melanjutkan perjalanan. Lembah Batu adalah satu-satunya jalan menuju Kota Hijau. Kami tak akan mengambil apa pun dari tempat kekuasaanmu ini,” kata Kalakus.
        “Itu perkataan yang sama dari setiap pengembara yang lewat!” balas Raksasa yang bertubuh paling besar dengan gigi-gigi yang runcing keluar. “Kalian pun tetap akan kami makan. Hahaha!”
        Kalakus tampak sangat ketakutan. Ia menggigil. Sementara Asakus masih kelihatan tenang sambil memerhatikan tingkah laku tiga raksasa yang bersuka cita mendapatkan santapan baru.
        “Tapi, bolehkah saya mengajukan tantangan, wahai Raksasa?” ujar Asakus tiba-tiba. “Setiap pengembara yang lewat hanya bisa meminta untuk diampuni. Tapi mereka belum pernah menantangmu. Mereka tidak benar-benar tahu seberapa kuat dan hebat dirimu.”
        Raksasa bertubuh paling besar itu tampak sangat marah. Ia merasa direndahkan oleh Asakus, pengembara bertubuh pendek itu. Matanya melotot.
        “Kau berani menantangku, Pengembara Cebol? Hahaha, itu tidak mungkin. Kau pasti akan kalah!”
        Asakus menarik napas dalam-dalam. “Kita tidak pernah tahu sebelum mencobanya.”
        Kalakus tidak tahu apa yang akan direncanakan Asakus untuk mengalahkan tiga raksasa kejam itu. Ia takut tapi juga mendukung rencana Asakus.
        “Kau ingin menantang apa?” tanya raksasa itu. “Ingat, jika kau kalah maka kalian akan menajdi makanan kami!”
        “Tantanganku mudah, siapa yang bisa berlari ke pohon yang jauh itu dan kembali lagi ke sini tanpa bayangan di bawah kakinya, ia akan menjadi pemenang,” kata Asakus sambil sekilas melihat matahari dan menunjuk pohon meranggas. “Tentu dilakukan bergiliran. Jika aku menang, kalian tak berhak memakan kami.”
        “Baiklah,” kata raksasa itu. “Sebaiknya kau yang mulai lebih dulu!”
        Ketika matahari berada tepat di ketinggian yang pas di atas kepala, tanpa banyak bicara Asakus langsung berlari. Dia telah berjanji kepada Kalakus akan kembali.
        Jarak pohon itu cukup jauh. Tapi Asakus harus segera sampai ke pohon itu dan kembali lagi sebelum matahari bergeser.
        Asakus tampak sangat kelelahan. Namun ia berhasil menyelesaikan tantangan yang ia buat. Ia pergi dan kembali tanpa bayangan di kakinya. Sementara si raksasa sombong bertubuh besar tidak bisa berlari cepat. Malah tampak sangat kelelahan di bawah sinar matahari yang panas.  Dan pada akhirnya ia kembali dengan kalah. Di kakinya terdapat bayangan yang sudah memanjang.
        Sesuai perjanjian. Raksasa-raksasa itu harus menepatinya dan mengakui kekalahan. Bahwa baru kali ini ada manusia yang bisa mengalahkannya. Dengan kecewa karena tidak mendapat makanan pada hari itu, tiga raksasa itu memilih pergi ke tempat lain.
        Kalakus tampak sangat gembira. Ia tidak percaya Asakus dapat mengalahkan tiga raksasa kejam itu.
        “Kau benar-benar memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tiga raksasa bodoh itu benar-benar tidak tahu bahwa bayangan akan sangat sulit dilihat bila matahari tepat di atas kepala. Kau hebat, Asakus!”
        Kalakus memeluk erat sahabatnya itu. Pada akhirnya mereka dengan tenang dapat melewati Lembah Batu yang berbahaya.  Untuk melanjutkan perjalanan menuju Kota Hijau yang damai. 
                                        

                                              TAMAT

CERPEN M.Z. BILLAL_Senja dalam Saku Kemeja

Bolehkah aku terus berandai? Gumamku dalam hati kepada senja yang membias oranye di balik bukit, menjadi latar belakang yang sangat i...

Translate