Kisah
Dua Pengembara dan Raksasa Lembah Batu
M.Z Billal
Hidupalah dua
orang pengembara bersahabat yang sedang melakukan perjalanan menuju Kota Hijau
yang terkenal dengan alamnya yang asri dan penduduknya yang selalu bahagia.
Pengembara yang bertubuh pendek bernama Asakus, dan yang bertubuh tinggi
bernama Kalakus.
Untuk sampai ke
Kota Hijau mereka harus menyeberangi sungai, menembus hutan rimba, dan melewati
tempat yang sangat berbahaya. Tempat itu bernama Lembah Batu.
Disebut tempat
yang berbahaya karena di sana hidup tiga raksasa jahat yang gemar membunuh dan
memakan pengembara yang lewat. Sejak raksasa itu tinggal di sana belum ada
pengembara yang berhasil lewat dengan selamat.
Sampai pada
akhirnya kedua pengembara bersahabat itu berada di Lembah Batu menjelang tengah
hari dan bertemu dengan tiga raksasa besar tersebut.
“Wahai raksasa,
kami hanya ingin melanjutkan perjalanan. Lembah Batu adalah satu-satunya jalan
menuju Kota Hijau. Kami tak akan mengambil apa pun dari tempat kekuasaanmu
ini,” kata Kalakus.
“Itu perkataan
yang sama dari setiap pengembara yang lewat!” balas Raksasa yang bertubuh
paling besar dengan gigi-gigi yang runcing keluar. “Kalian pun tetap akan kami
makan. Hahaha!”
Kalakus tampak
sangat ketakutan. Ia menggigil. Sementara Asakus masih kelihatan tenang sambil
memerhatikan tingkah laku tiga raksasa yang bersuka cita mendapatkan santapan
baru.
“Tapi, bolehkah
saya mengajukan tantangan, wahai Raksasa?” ujar Asakus tiba-tiba. “Setiap
pengembara yang lewat hanya bisa meminta untuk diampuni. Tapi mereka belum
pernah menantangmu. Mereka tidak benar-benar tahu seberapa kuat dan hebat
dirimu.”
Raksasa
bertubuh paling besar itu tampak sangat marah. Ia merasa direndahkan oleh
Asakus, pengembara bertubuh pendek itu. Matanya melotot.
“Kau berani
menantangku, Pengembara Cebol? Hahaha, itu tidak mungkin. Kau pasti akan
kalah!”
Asakus menarik
napas dalam-dalam. “Kita tidak pernah tahu sebelum mencobanya.”
Kalakus tidak
tahu apa yang akan direncanakan Asakus untuk mengalahkan tiga raksasa kejam itu.
Ia takut tapi juga mendukung rencana Asakus.
“Kau ingin
menantang apa?” tanya raksasa itu. “Ingat, jika kau kalah maka kalian akan
menajdi makanan kami!”
“Tantanganku
mudah, siapa yang bisa berlari ke pohon yang jauh itu dan kembali lagi ke sini
tanpa bayangan di bawah kakinya, ia akan menjadi pemenang,” kata Asakus sambil
sekilas melihat matahari dan menunjuk pohon meranggas. “Tentu dilakukan
bergiliran. Jika aku menang, kalian tak berhak memakan kami.”
“Baiklah,” kata
raksasa itu. “Sebaiknya kau yang mulai lebih dulu!”
Ketika matahari
berada tepat di ketinggian yang pas di atas kepala, tanpa banyak bicara Asakus
langsung berlari. Dia telah berjanji kepada Kalakus akan kembali.
Jarak pohon itu
cukup jauh. Tapi Asakus harus segera sampai ke pohon itu dan kembali lagi
sebelum matahari bergeser.
Asakus tampak
sangat kelelahan. Namun ia berhasil menyelesaikan tantangan yang ia buat. Ia
pergi dan kembali tanpa bayangan di kakinya. Sementara si raksasa sombong
bertubuh besar tidak bisa berlari cepat. Malah tampak sangat kelelahan di bawah
sinar matahari yang panas. Dan pada
akhirnya ia kembali dengan kalah. Di kakinya terdapat bayangan yang sudah
memanjang.
Sesuai
perjanjian. Raksasa-raksasa itu harus menepatinya dan mengakui kekalahan. Bahwa
baru kali ini ada manusia yang bisa mengalahkannya. Dengan kecewa karena tidak
mendapat makanan pada hari itu, tiga raksasa itu memilih pergi ke tempat lain.
Kalakus tampak
sangat gembira. Ia tidak percaya Asakus dapat mengalahkan tiga raksasa kejam
itu.
“Kau benar-benar
memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tiga raksasa bodoh itu benar-benar tidak tahu
bahwa bayangan akan sangat sulit dilihat bila matahari tepat di atas kepala.
Kau hebat, Asakus!”
Kalakus memeluk
erat sahabatnya itu. Pada akhirnya mereka dengan tenang dapat melewati Lembah
Batu yang berbahaya. Untuk melanjutkan
perjalanan menuju Kota Hijau yang damai.
TAMAT
No comments:
Post a Comment