CERPEN

Tuesday, November 8, 2016

CERPEN HALLOWEEN_BILLAL HB_THE PUMPKIN









The Pumpkin


Oleh Hijrah BillaLogica


 


01 November 2014     09.15 a.m


            Semua tersedu. Air mata tak bisa dibendung pada proses pemakaman pagi itu. Seorang perempuan paruh baya menggerung lalu pingsan. Tak kuasa menahan diri karena kesedihan melampaui batas nalarnya. Bayangkan saja, semalam putra tunggalnya ditemukan tewas tanpa kepala di taman melati. Darah menggenangi tubuhnya seperti kolam kecil. Dan yang tragis, kepala yang hilang itu justru digantikan dengan sebuah labu yang dilubangi. Membentuk mata dan mulut bergerigi.


            Angin berdesir dingin membuat daun-daun akasia rontok. Ikut serta dalam perkabungan pagi yang ganjil. Dan selagi orang-orang menunduk takzim ketika jenazah diangkat dan dimasukkan ke liang kubur, seorang perempuan bertubuh jangkung berselendang putih beranjak lalu melangkah menjauhi areal pemakaman. Bahkan ia tidak menoleh sekalipun meski ketika ibu si korban bangun dan menjerit lalu pingsan kembali.


 


31 Oktober 2014         11.12 p.m


            Kedua remaja itu berlarian dalam gelap ke sembarang arah. Tergesa-gesa mereka menghindar dari sosok misterius berkepala bulat gepeng yang mengejar di belakang mereka. Si perempuan menangis sementara tangannya terus berpegang erat pada tangan si lelaki. Mereka sangat menyesal karena memilih untuk terlambat pulang.


            Namun, ketika mereka berbelok  di tikungan masuk ke areal taman, diiringi suara tebasan si lelaki tiba-tiba saja terjerembab ke dalam gerombolan bunga-bunga putih yang tengah mekar dan sangat harum.


            “NO!!” teriak si perempuan sambil terisak. Ia berdiri dengan gemetar hebat seraya menutup mulutnya. Memandang tubuh teman laki-lakinya yang ringsek di antara bunga melati. Penuh darah dan kepalanya terlepas tak jauh dari tubuhnya yang diam di dekat sebuah benda panjang pipih mengkilat yang sangat tajam.


            Perempuan itu sangat ketakutan. Wajahnya basah oleh air mata. Sementara itu, makhluk misterius yang sejak tadi mengejar mereka kian dekat. Langkahnya diperlambat dan agak tertatih-tatih. Membuat kesan seram bagi siapapun yang memandangnya.


            “No! Jangan! Kumohon ampuni aku!” isak perempuan itu ketakutan. Ia ingin berlari,tapi kakinya seperti terkena sihir. Lengket di permukaan rumput yang basah.


            Ketika jarak hanya tersisa tiga meter, makhluk yang akhirnya sangat jelas berkepala labu yang identik dengan malam Halloween itu berhenti berjalan. Dengan sigap ia mencabut benda tajam kilat yang tertancap di tanah lalu mulai mendekati si perempuan yang makin tak bisa mengendalikan ketakutannya. Ia berteriak kencang tapi tak ada yang mendengarnya. Sampai wajah makhluk berkepala labu itu berada beberapa senti di depan wajahnya dan menghembuskan napas orang mati dan mendesis, “setelahnya, darah akan bercampur dengan aroma melati, Cantik.” Makhluk itu lantas menjambak paksa rambut si perempuan yang terus menangis memohon agar dilepaskan dan membawanya ke tempat yang lebih gelap.


 


30 Oktober 2014 05.25 p.m


            Ketika membuka pintu hendak membuang sampah, Lena menendang sesuatu di kakinya. Berbulu dan basah. Dan betapa terkejutnya ia sekaligus merasa sangat jijik ketika tahu benda itu ternyata adalah kelewar mati yang masih berlumuran darah.


            Ia bergidik dan mengumpat. Berani sekali ada orang yang membuang bangkai kelelawar mati di depan pintu rumahnya. Memandang ke sekeliling halaman, ia tak melihat adanya hal yang mencurigakan, kecuali sapu lidi yang pindah posisi. Dia hanya berpikir mungkin ada tetangganya yang meminjam sapu tanpa permisi dan ada pula tetangga usil yang menghadiahinya sebujur bangkai kelelawar. Sembari menghela napas Lena mengambil bangkai itu dengan plastik dan membuangnya bersama sampah dapurnya.


            Namun saat Lena berbalik dari tong pembuangan besar, mendadak ia merasakan sesuatu yang aneh. Perasaanya menjadi lebih berat. Ditambah lagi memandang sapu lidi yang lagi-lagi berpindah tempat seakan memiliki sepasang kaki, ia semakin tak karuan. Merasa ada yang tak beres dengan kejadian menjelang senja.


            Lalu ia berjalan menuju pintu rumahnya. Lagi-lagi berhenti dan merasakan hatinnya kian berat namun juga jengkel dengan situasi yang samasekali tidak menguntungkan.


            Ia tetap berdiri di sana, di depan pintu rumahnya yang juga tampak aneh. Perlahan tapi pasti ia melihat banyaknya garis yang bermunculan dan menyatu membentuk sebuah gambar di permukaan pintu. Sebuah labu berwarna jingga gelap dan tertera di dalam bulatan labu itu sebaris kalimat bergerigi yang membuatnya tersentak dan segera membuka paksa pintu dan membanting dibelakangnya ketika ia telah berada di dalam.


            “Tipuan dan Perjanjian yang tertuang di dalam kepalamu. Sepasang akan mati!”


 


***


 


Lirik, 27 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment

CERPEN M.Z. BILLAL_Senja dalam Saku Kemeja

Bolehkah aku terus berandai? Gumamku dalam hati kepada senja yang membias oranye di balik bukit, menjadi latar belakang yang sangat i...

Translate