Ket Foto :
marah (itu cinta)
kau diam.
aku diam
dan dinding papan jadi batu.
muka kita seperti hantu
di mana rindu?
masih di ruang itukah?
lelaki sepertiku,
apakah belenggu untukmu?
kau bilang,
"kehidupan itu telah berdiri di depanku."
entah apa maksud lisanmu
kutanya,
"dimanakah keberadaanya, sayang?"
kau lebih membeku
dalam selimut biru
hujan tanda tanya lebih renyai daripada hujan air dan pagi ini
aku diam ditemani secangkir teh pengusir ragu
hendak kugegas saja harap pada deru angin yang menerpa wajahku
tapi mendadak kau raih tangan secepat kau diamkan aku
lekat kupandang mata jernihmu
sesuatu terpaku di sana tapi sulit kuterjemah lirih senyum
kau bilang,
"semoga payung ini melindungi tiap-tiap rindu di tubuhmu, sayang."
06 September 2014
Matahari Pertama
kelopak sunyi terkupas embun
renyai berjatuhan
subuh bertabuh
bangunlah kawanku
langit yang biru hendak bermain
tiap cahaya yang merekah menjadi lilin-lilin
matahari yang tak mati meski mencair
dan dedaun yang terlepas akan segera bertunas
mengintip mata capung menyusu pada musim
dan mendengar puisi dari angin
lekaslah membuat jejak sebelum matahari tenggelam lagi
dan rembang menuliskan nama pada papan kubur
pada kebaikan atau pada kelalaian
Lirik, 17 September 2014
BULAN – MADU
sayang, aku ingin mencumbu setiap lekuk tubuhmu diakhir september yang mengering ini
biar debu kemarau bergumul bersama gairah kita yang menajamkan bau sunyi nafsu
yang kita kurung sejak pekan-pekan silam
yang memaku rindu ditembok usia
sayang, aku sangat haus peluh memacu rindu bagai madu yang kucecap berkali-kali
manakala kau muncul dipelupuk mataku
sayang, aku ingin kita bulan madu saling menindih merdu
sebab liarku dan liarmu tak terbatas waktu tak ada mata yang’kan melihat selain mata-Nya
dan kita bebas mandi menggeram
Lirik, September 2014
No comments:
Post a Comment